Sumber KOMPAS.com
Joana Rocha Pauleta, MD dan koleganya melakukan riset mengenai aktivitas para ibu hamil mengenai kehamilannya. Mereka melakukan survei terhadap 188 wanita yang baru saja melahirkan di sebuah rumah sakit. Para wanita yang dijadikan responden ini menjalani kehamilan yang sehat dan bebas risiko. Inilah hasil riset yang dilakukan pada wanita berusia antara 17-40 tahun:
* Nyaris seperempat wanita merasa takut bahwa berhubungan intim akan mencelakai bayinya, tetapi hanya 3 dari responden yang akhirnya menunda melakukan sanggama hingga bayinya lahir. Dua dari 3 wanita ini melakukan tindakan lain dari hubungan seks. Yang satu, benar-benar menunda berhubungan intim.
* Sebesar 80 persen wanita dilaporkan melakukan aktivitas seksual di semester ketiga. Sebanyak 39 persennya mengatakan melakukan sanggama di trimester akhir kehamilannya.
* Frekuensi aktivitas seksual para wanita tidak menurun untuk kebanyakan wanita hingga trimester akhir kehamilan, meski 10 persennya mengatakan melakukan aktivitas seksual lebih sering di trimester akhir ketimbang yang pertama dan kedua.
* Nyaris semua wanita yang aktif selama kehamilan melakukan sanggama; 38 persen melakukan seks oral, 20 persen melaporkan masturbasi, dan 7 persennya melakukan hubungan seks anal.
* Sekitar 39 persen dari wanita mengatakan, mereka merasakan gairah bercinta sama seperti sebelum mereka hamil. Sementara sepertiga dari wanita merasa tak sebergairah sebelum hamil.
* Setengah dari responden mengatakan bahwa seks selama kehamilan sama memuaskannya dengan sebelum mereka hamil. Sementara 28 persen mengatakan tak terlalu memuaskan.
* Sebanyak 41,5 persen dari para wanita mengatakan, mereka merasa tak lagi semenarik atau sesensual sebelum hamil. Namun, 75 persen dari para wanita tidak merasa tak diingini, artinya mereka merasa para suami masih menerima mereka.
* Sekitar tiga per empat responden mengatakan tak mengalami masalah seksual, sisanya merasa mengalaminya. Problem yang dimaksud antara lain; gairah berkurang, seks menyakitkan, sulit orgasme, kesulitan melubrikasi daerah intim. Di samping itu, hanya 11 persen dari para wanita ini mengatakan bahwa mereka merasa perlu bicara dengan dokter untuk melakukan seks selama kehamilan.
Pauleta dan koleganya mengatakan, masalah ini ada kaitannya dengan latar belakang kultural dari para wanita. Di Pakistan dan Nigeria, para wanita percaya bahwa hubungan seksual selama kehamilan bisa membantu melebarkan vagina dan mempermudah jalur keluar si bayi. Sementara di Iran, kebanyakan wanita percaya bahwa seks selama kehamilan bisa membuat si bayi buta atau merusak selaput dara anak bayi (jika perempuan).
Irwin Goldstein, MD, direktur bagian seksualitas di San Diego's Alvarado Hospital, mengatakan, "Melakukan hubungan sanggama tidak akan berdampak negatif pada kehamilan. Namun, banyak pasangan yang istrinya hamil merasa tak nyaman melakukan hubungan seks karena takut akan menyakiti bayinya. Ini adalah pandangan yang keliru dan perlu diajarkan lebih jauh."
Joana Rocha Pauleta, MD dan koleganya melakukan riset mengenai aktivitas para ibu hamil mengenai kehamilannya. Mereka melakukan survei terhadap 188 wanita yang baru saja melahirkan di sebuah rumah sakit. Para wanita yang dijadikan responden ini menjalani kehamilan yang sehat dan bebas risiko. Inilah hasil riset yang dilakukan pada wanita berusia antara 17-40 tahun:
* Nyaris seperempat wanita merasa takut bahwa berhubungan intim akan mencelakai bayinya, tetapi hanya 3 dari responden yang akhirnya menunda melakukan sanggama hingga bayinya lahir. Dua dari 3 wanita ini melakukan tindakan lain dari hubungan seks. Yang satu, benar-benar menunda berhubungan intim.
* Sebesar 80 persen wanita dilaporkan melakukan aktivitas seksual di semester ketiga. Sebanyak 39 persennya mengatakan melakukan sanggama di trimester akhir kehamilannya.
* Frekuensi aktivitas seksual para wanita tidak menurun untuk kebanyakan wanita hingga trimester akhir kehamilan, meski 10 persennya mengatakan melakukan aktivitas seksual lebih sering di trimester akhir ketimbang yang pertama dan kedua.
* Nyaris semua wanita yang aktif selama kehamilan melakukan sanggama; 38 persen melakukan seks oral, 20 persen melaporkan masturbasi, dan 7 persennya melakukan hubungan seks anal.
* Sekitar 39 persen dari wanita mengatakan, mereka merasakan gairah bercinta sama seperti sebelum mereka hamil. Sementara sepertiga dari wanita merasa tak sebergairah sebelum hamil.
* Setengah dari responden mengatakan bahwa seks selama kehamilan sama memuaskannya dengan sebelum mereka hamil. Sementara 28 persen mengatakan tak terlalu memuaskan.
* Sebanyak 41,5 persen dari para wanita mengatakan, mereka merasa tak lagi semenarik atau sesensual sebelum hamil. Namun, 75 persen dari para wanita tidak merasa tak diingini, artinya mereka merasa para suami masih menerima mereka.
* Sekitar tiga per empat responden mengatakan tak mengalami masalah seksual, sisanya merasa mengalaminya. Problem yang dimaksud antara lain; gairah berkurang, seks menyakitkan, sulit orgasme, kesulitan melubrikasi daerah intim. Di samping itu, hanya 11 persen dari para wanita ini mengatakan bahwa mereka merasa perlu bicara dengan dokter untuk melakukan seks selama kehamilan.
Pauleta dan koleganya mengatakan, masalah ini ada kaitannya dengan latar belakang kultural dari para wanita. Di Pakistan dan Nigeria, para wanita percaya bahwa hubungan seksual selama kehamilan bisa membantu melebarkan vagina dan mempermudah jalur keluar si bayi. Sementara di Iran, kebanyakan wanita percaya bahwa seks selama kehamilan bisa membuat si bayi buta atau merusak selaput dara anak bayi (jika perempuan).
Irwin Goldstein, MD, direktur bagian seksualitas di San Diego's Alvarado Hospital, mengatakan, "Melakukan hubungan sanggama tidak akan berdampak negatif pada kehamilan. Namun, banyak pasangan yang istrinya hamil merasa tak nyaman melakukan hubungan seks karena takut akan menyakiti bayinya. Ini adalah pandangan yang keliru dan perlu diajarkan lebih jauh."
0 comments:
Posting Komentar